Siswa + Guru + Bernyanyi = Der Chosen

Masih terekam kuat di benak penulis ketika masa-masa indah tersebut terjadi. Ketika rasa kebersamaan itu tumbuh subur antara penulis sebagai guru dengan beberapa siswa di Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK), Pamulang, Tangerang Selatan. Ceritanya, di era 2001 s.d 2008 penulis sempat mengajar di sebuah yayasan pendidikan yang membina para siswa dari berbagai daerah di Indonesia dimana mereka tinggal bersama di sebuah asrama berlabel YKK tersebut untuk menuntut ilmu. Ketika penulis mendapatkan tugas yang cukup berat untuk mengajar Matematika di SMK Khazanah Kebajikan tersebut khususnya untuk membimbing para siswa jurusan Akuntansi dan Sekretaris sampai mereka lulus di tingkat akhir.

Berbagai upaya dilakukan penulis dengan dukungan pihak sekolah yang mengkondisikan kelas agar mereka nyaman untuk belajar dan menguasai beberapa mata pelajaran yang cukup banyak prakteknya. Salah satu caranya adalah terkadang ketika mengajar dan saat mereka mengerjakan berbagai soal-soal hitungan yang cukup rumit itu, penulis memanfaatkan alunan musik yang dioperasionalkan dari ruang kepala sekolah. Sehingga setiap ingin mengajar penulis telah berkoordinasi dulu dengan kepsek untuk memutar beberapa lagu terutama tembang religi atau islami di beberapa momen yang dirasa cocok.

Dari hari ke hari ternyata para siswa merasa cukup nyaman dengan strategi tersebut. Terbukti dengan munculnya ide dari para siswa sendiri untuk membentuk Tim Nasyid Acapella dan penulis ditunjuk untuk menjadi manajer kecil-kecilan. Di tahun-tahun itu memang sedang booming munculnya grup-grup nasyid bertipe acapella di berbagai sekolah menengah maupun di kalangan mahasiswa di perguruan tinggi. Awalnya, mereka sering berlatih di lab komputer dengan perlengkapan seadanya semisal galon air yang dimanfaatkan untuk di jadikan ‘kempung‘  layaknya alat musik bongo. Dengan beranggotakan gabungan beberapa siswa dari jurusan sekretaris dan akuntansi yang total berjumlah tujuh orang, para siswa berlatih paling tidak seminggu tiga kali untuk meningkatkan kemampuan vokal grup yang meraka bentuk dan penulis setia menemani mereka sambil sedikit memberikan masukan kepada anggota tim agar lebih serius dan lebih keras lagi berlatih. Berbekal beberapa kaset dan VCD kumpulan lagu-lagu religi islami para siswa tersebut berlatih untuk mempelajari tiap nada yang ada sambil berdiskusi untuk berbagi tugas dalam hal membagi suara agar harmonisasi bisa tercipta.

Setelah berlatih kurang lebih setahun lamanya, akhirnya grup yang dinamakan SMARADANA (Semangat Membara Berdakwah lewat Nasyid) tersebut mendapatkan kesempatan berharga untuk menguji kemampuan mereka lewat sebuah ajang Lomba Lagu Religi Antar Remaja Sejabodetabek 2002. Lomba tersebut beraudisi di Aula Mesjid Al-Azhar Kebayoran Baru tersebut. Luar biasa….ternyata mereka mampu melewati ujian pertama mereka dengan baik dan berhasil masuk final sebagai lima tim terbaik dari puluhan tim lainnya yang ikut audisi. Seminggu kemudian final berlangsung di Menara Kebon Sirih Jakarta Pusat dan kelima tim tersebut beradu vokal sambil berdakwah lewat tembang religi yang mereka bawakan. Sebagian besar tim memanfaatkan teknik acapella untuk membawakan lagu-lagu religi tersebut. Ternyata, di ajang tersebut Tim Nasyid siswa kami berhasil menjadi Juara ke tiga. Prestasi ini memicu para siswa untuk terus berlatih dan mencoba untuk mengikuti berbagai ajang lomba terkait nasyid atau lagu religi. Tanpa terasa berbagai lomba telah mereka ikuti dan kurang lebih mereka telah berhasil menyabet juara kurang lebih sebelas kali di tingkat regional, termasuk tampil di berbagai event atas undangan berbagai pihak untuk berdakwah sambil menghibur.

Tantangan mulai datang ketika masa-masa sibuk untuk menghadapi berbagai tes maupun ulangan umum yang harus para siswa hadapi. Padahal jadwal untuk tampil bernyanyi sudah mulai berdatangan di berbagai tempat. Negosiasi alot sering terjadi antara penulis dengan pihak sekolah ketika beberapa kali harus meminta ijin di sela-sela waktu mereka belajar untuk dapat bernyanyi di luar sekolah. Sebagai contoh kepsek pernah meminta jaminan dari penulis untuk dapat memastikan bahwa kompetensi siswa yang tergabung di grup vokal tersebut tidak tertinggal oleh siswa lainnya yang ada di kelas. Pada momen-momen itu menjadi tantangan tersendiri bagi penulis untuk bisa meyakinkan pihak sekolah bahwa para siswa tidak akan tertinggal pelajarannya, terutama mata pelajaran yang penulis ampu yaitu matematika. Untungnya, tekad kuat dari para siswa tersebut mampu membuktikan bahwa mereka layak dipercaya. Terbukti dengan hasil belajar mereka menjadi salah satu yang terbaik dibanding rekan siswa lainnya di kelas. Bahkan di kemudian hari, rata-rata Ujian Nasional khususnya untuk matematika mereka mampu menduduki peringkat keenam dari seratus SMK yang ada di tingkat Provinsi Banten.

Pada perkembangan selanjutnya grup tersebut berganti nama menjadi DER CHOSEN yang memiliki arti Deretan Cowok Senang Nasyid atau Der (Jerman) = laki-laki dan Chosen = Pilihan atau boleh juga berarti Dendang dari Rasa Cinta dari Hati yang TerObsesi oleh Nasyid. Dalam perkembangannya dua personil dari jurusan sekretaris mengundurkan diri sehingga tersisa lima siswa kami yang kesemuanya berasal dari jurusan akuntansi. Untuk menambah kekuatan vokal, akhirnya penulis ‘terpaksa’ bertugas ganda baik tidak hanya bertindak sebagai manajer tapi juga sekaligus sebagai vokalis. Di kelas penulis tetap berperan sebagai guru matematika bagi mereka, namun di luar sekolah kami adalah mitra belajar. Kadang di sela-sela latihan vokal, kami sempatkan untuk membahas beberapa soal matematika yang dirasa sulit bagi para siswa.

Adapun anggota grup Der Chosen antara lain:

1. Taufik Ibrahim, S.Pd (Vokalis 1)

2. Khoeron Najidin, S.Ag (Vokalis 2)

3. Khoerudin – masih kuliah di Universitas Pamulang ,Banten  (Bass)

4. Ghufron Fadilah, S.Pd (Bariton)

5. Widiarso (Bariton)

6. Ahmad Rismani (Bariton)

Akhirnya di tahun 2004 kesempatan besar datang ketika dua buah stasiun TV Swasta semisal TV7 (ketika itu belum bergabung dengan Trans Corp) dan Indosiar mengadakan Lomba Nasyid Tingkat Nasional, maka kami berkesempatan untuk ikut audisi  dan salah satu audisi yang berhasil kami lewati adalah yang di TV7. Stasiun TV swasta yang berlokasi di kawasan Soedirman- MH Thamrin tersebut mengadakan seleksi bagi hampir seratus tim yang datang dari seluruh daerah di Indonesia. Dan Der Chosen secara tidak terduga berhasil masuk 20 besar untuk tampil rekaman di Hotel Bumiwiyata Kota Depok Jawa Barat dan disiarkan di TV7. Dari hasil penampilan tersebut kami berhasil masuk tujuh besar sehingga berhak untuk tampil di final selama sebulan di TV7 dan selama itu kami dikarantina serta dilatih vokal, akting, mental, koreografi, semisal oleh Opick (penyanyi lagu religi), grup Nasyid MQ Voice, BPM dari Bandung,  berdiskusi dengan grup tenar seperti SNADA, dari Malaysia semisal RAIHAN dan penyanyi band seperti Fadly, vokalis grup PADI.

Setelah menerima banyak ilmu yang bermanfaat dari para mentor akhirnya kami harus ‘bertarung‘ dengan keenam finalis lainnya yang berasal dari Kota Lampung, Bandung, Jakarta, Tasikmalaya, Bandung, serta Bekasi. Final yang berlangsung di Gedung Dhanapala Departemen Keuangan Jakarta Pusat tersebut benar-benar memberikan servis yang memuaskan bagi kami selaku peserta lomba dengan kelengkapan sound system yang ‘wah’. Selama sebulan kami ‘belajar’  dan setiap minggunya kami harus tampil ‘live’ di stasiun TV tersebut untuk membawakan beberapa lagu yang telah dipilih oleh panitia sebagai sebuah tantangan bagi kami. Waktu terus berlalu dan akhirnya partai pamungkas telah kami lewati. Kerja keras itu membuahkan hasil, dimana kami berhasil menjadi Juara ketiga pilihan juri dan yang paling mengharukan ketika kategori juara favorit dari pemirsa TV7 lewat sms jatuh kepada grup kami benar-benar membuat kami terkejut bukan kepalang. Dengan dukungan SMS se-Indonesia sebesar 57% sudah cukup bagi kami untuk mengungguli keenam finalis lainnya. Rasa haru dan bahagia di belakang panggung ketika penulis melihat kelima siswa kami dengan mata berkaca-kaca saling berpelukan termasuk dengan penulis sendiri. Sebuah kenangan yang sulit untuk terulang lagi tentunya.

Beberapa tahun kemudian jarak dan waktu serta kesibukan pekerjaan dari masing-masing personil Der Chosen membuat kami sulit untuk ‘bersatu’ lagi. Tahun 2010 pernah berupaya untuk eksis lagi melalui ajang ‘Suara Indonesia’ di Trans TV kami hanya berhasil masuk 70 besar untuk audisi regional Jakarta. Itupun kami hanya berkekuatan tiga orang karena tiga personil lainnya memiliki pekerjaan yang tidak bisa mereka tinggalkan. Dengan sebagian besar personil kami yang berprofesi sebagai pendidik, kami tetap bertekad untuk ‘mewarnai’ pembelajaran dengan seni apapun bentuknya asalkan mampu mendorong motivasi anak didik kami di kelas. Ahhh…andaikan kami bisa ‘bersatu lagi’…..!

Terima kasih kepada YKK!

Salam Seni!

9 responses

  1. salut atas memorynya

    1. Wahh…Pak Tri, trims ya telah mampir di web ini! 🙂

  2. […] Mengisi acara dongeng anak di Trans TV (beberapa episode) pada acara Selamat Pagi Indonesia. Membuat skenario dan konsep dongeng bersanma ” Aa Gym” di SCTV. Sebelumnya Bang Isa juga sempat aktif di kampus UI sebagai salah satu pendiri Tim Nasyid SNADA sekaligus menjadi salah satu penulis lagu yang cukup handal bagi SNADA untuk membawakan tembang-tembang religinya. Inilah yang menjadi alasan saya untuk juga sempat menekuni dunia ‘tarik urat leher’ macam Nasyid Acapella yang di era tahun 2000 hingga 2006 sempat saya dirikan bersama kelima siswa saya di SMK saat saya masih menjadi guru swasta, kisahnya ada disini. […]

  3. […] Siswa + Guru + Bernyanyi = Der Chosen […]

  4. […] penerang bagi kegelapan. Lagu ini saya dapatkan ketika sempat mengikuti putaran final sebuah Lomba Nasyid tingkat nasional di sebuah TV swasta pada tahun 2004 yang lampau dan sempat berguru dengan salah […]

  5. […] Nahhh….beberapa waktu yang lalu saya sempat berkomunikasi kembali dengan salah satu siswa saya ketika 10 tahun yang lampau saya sempat mengajar beberapa waktu  lamanya di sebuah SMK swasta dan selama itu saya coba banyak mengenal dan menggali beberapa bakat yang ada di diri siswa saya saat itu. Ada yang berbakat di dunia tarik suara dan ada juga yang nampak sekali “passionnya” di dunia puisi ataupun juga menulis cerpen atau novel. Tentang bagaimana saat saya mencoba untuk menemani para siswa menggapai mimpi mereka terkait dunia tarik suara kisahnya sudah pernah saya tulis di web guraru ini dan bisa anda bacadisini. […]

  6. […] saya sekaligus memotivasi siswa untuk meraih prestasi non akademik. Kisah lengkapnya bisa baca disini dan […]

Tinggalkan komentar