KALA SISWA “MELEBIHI” GURUNYA (Bag.2)

Telheng1Pada april 2013 yang lalu saya pernah menulis artikel KALA SISWA “MELEBIHI” GURUNYA juga di blog ini. untuk lebih jelasnya maka saya kasih linknya disini . Nahh….kali ini saya akan membahas seputar bagaimana kondisi saat ini me nunjukkan bahwa seringkali kita melihat sendiri bagaimana para siswa kita di sekolah sungguh berbeda dengan saat kita dulu menjadi siswa di sekolah. Mengapa demikian? Yaa…hal ini dimungkinkan karena kemajuan dan kecepatan informasi yang didukung oleh kemajuan teknologi sehingga segala macam info terkini dapat diserap dengan mudah oleh siswa kita saat ini. Kemudahan mengakses informasi bisa dengan cepat mereka peroleh dari berbagai gadget, laptop, netbook, bahkan smartphone yang mereka pegang. Hal ini menjadi tantangan tersendiri tentunya bagi kita selaku guru di era ICT ini.


Pada satu sisi sebagai guru tentunya kita senang manakala siswa kita terlihat begitu update bahkan juga upgrade dari segi kemampuan mengakses info serta teknologi terkini. Namun, disisi lain ada kekhawatiran yang seharusnya dirasakan sebagian besar guru saat ini, yaitu betapa banyak saat ini guru yang tidak lebih baik dari siswanya sendiri terkait “mengais” informasi dan juga dalam hal penguasaan aplikasi atau software tertentu. Bahkan juga dalam hal kepenulisan artikel di dunia maya, seringkali saya membuka blog para siswa dimana mereka dengan lancarnya bertutur dalam sebuah artikel yang renyah dan cukup enak untuk dibaca. Bahkan tulisan para siswa yang nge-blog tersebut terasa mengalir begitu saja. Sementara disisi lain saya dan beberapa guru lainya apalagi para guru yang masih cukup awam dalam hal nge-blog sering saya lihat kesulitan untuk sekedar menuangkan ide dalam bentuk artikel sederhana sekalipun.

Menurut saya hal tersebut adalah suatu hal yang cukup ironis karena disaat kita sering menyuruh siswa untuk menulis seperti misalnya sebuah karangan singkat, kita sebagai guru malah terlihat “alergi” dengan dunia kepenulisan. Ketika di web guraru.org sempat ada perbincangan tentang sulitnya para guru  untuk membuat “tulisan” ada rekan guraru yang mengatakan bahwa kemampuan menulis para guru tersebut bukan dikarenakan latar belakang pendidikan atau bukan karena mapel yang diampunya itu Bahasa Indonesia, namun lebih kepada apakah sang guru tersebut memiliki “Panggilan Jiwa” atau tidak dalam hal menulis. Saya rasa ada benarnya juga pendapat tersebut bahwa jika kita tidak memiliki “Panggilan Jiwa”  atau pun juga “Passion” di dunia kepenulisan maka akan sulit bagi si guru tersebut untuk membuat sebuah tulisan. Pada web guraru.org kita bisa belajar tentang tulisan yang mengalir dari beberapa rekan guraruers yang layak kita belajar darinya semisal dari Mr.Botaksakti, Bunda Etna, Omjay, serta banyak rekan guraruers lainnya yang “passionnya” di dunia kepenulisan begitu terasa.

Nahhh….beberapa waktu yang lalu saya sempat berkomunikasi kembali dengan salah satu siswa saya ketika 10 tahun yang lampau saya sempat mengajar beberapa waktu  lamanya di sebuah SMK swasta dan selama itu saya coba banyak mengenal dan menggali beberapa bakat yang ada di diri siswa saya saat itu. Ada yang berbakat di dunia tarik suara dan ada juga yang nampak sekali “passionnya” di dunia puisi ataupun juga menulis cerpen atau novel. Tentang bagaimana saat saya mencoba untuk menemani para siswa menggapai mimpi mereka terkait dunia tarik suara kisahnya sudah pernah saya tulis di blog ini dan bisa anda baca disini.

Telheng2

Novel “Tell Your Father, I am Moslem” Karya Hengki K di rak buku Gramedia

Kabar yang menyenangkan datang dari salah satu siswa saya yang bernama Hengki Kumayandi (FB: Hengki Kumayandi Full) dimana saat ini selain ia bekerja di sebuah Indusri keramik di Kuching-Malaysia ternyata ia masih saja menyempatkan diri untuk “Mengejar Passionnya” yaitu menulis Novel. Tanda-tanda kemampuan anak ini sebenarnya sudah terlihat manakala ia masih duduk dibangku sekolah SMK dimana saya sempat menjadi gurunya ketika ia sering menunjukkan kepada saya tentang karya-karya sederhananya serta seringkali menceritakan mimpi-mimpinya untuk menulis cerpen, puisi, naskah drama dan bahkan juga novel. Saat itu saya hanya sebatas memberinya motivasi dan doa tentunya agar ia bisa menggapai mimpi-mimpinya tersebut. Dan benar saja, selang 10 tahun kemudian tepatnya di Bulan Februari 2014 ini pada suatu malam saya tiba-tiba dihubungi lewat FB dan juga lewat telpon dari Hengki yang mengabarkan bahwa ia telah berhasil menerbitkan sebuah novel berjudul “Tell Your Father, I am Moslem” dan telah bisa dijumpai di salah satu toko buku ternama di seluruh cabang yang ada di Indonesia.  Melihat pergerakan siswa ini yang cukup gigih untuk mewujudkan mimpinya menjadi seorang novelis sungguh membuat saya terharu melihatnya. Bagaimana ia mencoba untuk “memantaskan dirinya” agar cita-citanya menerbitkan karya dalam bentuk buku novel dapat diwujudkan. Belajar tentang kepenulisan dari banyak penulis, bergabung di sebuah komunitas penulis pemula di dunia maya, serta aktif di proyek nulis buku bareng penulis pemula yang lain seolah menjadi jembatan yang pas untuk meraih cita-citanya tersebut.

Ada sebuah keharuan menyeruak di hati sanubari saya sebagai gurunya ketika melihat sang murid telah berhasil sejauh ini untuk mewujudkan mimpinya yang sejak lama telah ia mimpi-mimpikan. Hal lainnya yang saya rasakan adalah saya mendapatkan pelajaran yang begitu berharga bahwa meski kita sudah menjadi seorang guru seyogyanya semangat belajar tetaplah membara, termasuk juga dalam hal update sekaligus upgrade terkait kompetensi kita selaku guru.

Salam Update & Upgrade!

4 responses

  1. subhanallah… guru inspiratif, murid kreatif 😀

    1. Trims ya Mizuki atas mampir dan apresiasiny di blog ini! 🙂

  2. […] Selain membimbing Nasyid, saya juga sering memotivasi siswa untuk menuis seperti salah satu siswa saya yaitu Hengki Kumayandi yang kala itu masih menjadi siswa saya di kelas jurusan sekretaris di SMK Khazanah Kebajikan. Sudah nampak bakatnya untuk menulis cerita dan skenario drama, saya sebagai salah satu gurunya yang sering berdiskusi dan memberikan suport sekaligus masukan kepada Hengki Kumayandi agar selalu konsisten mengejar “Passionnya” di dunia tulis menulis. Dan ternyata benar saja, 10 tahun setelahnya ketika kami selalu “Keep in Touch” saya didatangi Hengki Kumayandi yang mengabarkan bahwa ia telah berhasil jadi salah satu penulis novel islami yang bukunya sudah bisa diakses di toko buku ternama di seluruh Indonesia. Sangat menyenangkan! Kisah lengkapnya bisa baca disini. […]

  3. […] Selain membimbing Nasyid, saya juga sering memotivasi siswa untuk menulis seperti salah satu siswa saya yaitu Hengki Kumayandi yang kala itu masih menjadi siswa pada jurusan sekretaris di SMK Khazanah Kebajikan. Sudah nampak bakatnya untuk menulis cerita dan skenario drama, saya sebagai salah satu gurunya yang sering berdiskusi dan memberikan suport sekaligus masukan kepada Hengki Kumayandi agar selalu konsisten mengejar “Passionnya” di dunia tulis menulis. Dan ternyata benar saja, 10 tahun setelahnya ketika kami selalu “Keep in Touch” saya didatangi Hengki Kumayandi yang mengabarkan bahwa ia telah berhasil jadi salah satu penulis novel islami yang bukunya sudah bisa diakses di toko buku ternama di seluruh Indonesia. Sangat menyenangkan! Kisah lengkapnya bisa baca disini. […]

Tinggalkan komentar